Latest Post
Loading...

Karya Perspektif pada Festival OZ ASIA, Adelaide, Australia, September-Oktober 2015 (foto : awd)

Keluarga Perspektif dan Tutti Arts, 2 Agustus 2016 (foto :awd)

Pameran karya Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, November 2016 (foto : awd) .

Pameran karya Perspektif di Pojok Budaya Bantul, Juni 2015 (foto : awd).

Pameran karya Perspektif di Bentara Budaya Yogyakarta, Agusus 2016 (foto : awd).

Kamis, 08 Desember 2016

Menyoal Aksesibilitas Bus Rapid Transit

Perspektif News - Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)  Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengoperasikan bus interkoneksi, Bus Rapid Transit (BRT), yakni sebuah sistem bus yang cepat, nyaman, aman dan tepat waktu yang  kabinnya didesain ada fasilitas bagi difabel atau pengguna kursi roda.
Kepala Dishubkominfo DIY Sigit Haryanto, kepada Perspektif News katakan, bus interkoneksi yang akan diluncurkan 1 Desember 2016, dipastikan  menyediakan fasilitas bagi difabel atau orang berkebutuhan khusus. “Disediakan ruang atau space kursi roda bagi difabel atau orang berkebutuhan khusus lain, misalnya lansia, atau orang sakit,” ujar Sigit Haryanto, ketika ditemui di kantornya, Rabu (7/12) .

Selasa, 06 Desember 2016

Penegakan Hukum bagi Difabel Ibarat Benang Kusut


Perspektif NewsKompleksitas permasalahan difabel dalam mengakses keadilan (access to justice) layaknya benang kusut yang harus diurai satu persatu, diluruskan, dan dirapikan. Dibutuhkan tangan-tangan atau kerja bareng semua lini untuk mulai mengurai benang-benang kusut, agar dapat mendudukkan difabel pada tempat yang setara dengan manusia pada umumnya.
Demikian antara lain persoalan yang muncul dalam acara sharing bareng aparat penegak hukum, lembaga/organisasi serta masyarakat sipil, yang diselenggarakan oleh CIQAL (Center for Improving Qualified in Life of People with Disabilities), Selasa (6/12), di hotel Ruba Graha Yogyakarta.

Sahkan Segera Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual


Perspektif News – Gelora desakan agar Rancangan Undang-undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual segera disahkan menjadi undang-undang (UU) kembali dilantangkan oleh Center for Improving Qualified Activity in Live of People with Disabilities (CIQAL) Yogyakarta. CIQAL adalah lembaga yang concern terhadap penanganan kasus kekerasan pada disabilitas,

“RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sekarang sedang diperjuangkan dan penting untuk segera disahkan agar hak-hak hukum penyandang disabilitas juga terlindungi,” ujar koordinator advokasi CIQAL, Ibnu Sukaca, dalam pidato pada kegiatan Sunday Morning Gathering, di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jalan Malioboro, Minggu (4/12).

Senin, 05 Desember 2016

Yakkum Rekomendasikan 21 Aksi Kerja Nyata Lokal



Perspektif News - Yayasan Kristen untuk Kesejahteraan Umum (YAKKUM), lembaga sosial yang bergerak di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang mendampingi desa atau kelompok di delapan propinsi di Indonesia, menyelenggarakan pertemuan akhir tahun bidang kerja ekstramural (pelayanan di luar dinding rumah sakit).

Pertemuan bertempat di Aula Pusat Rehabilitasi Yakkum, Jl, Kaliurang Km. 13,5, Besi, Sleman, Yogyakarta, dilaksanakan selama dua hari, 3-4 Desember 2016. Acara bertema, “Peningkatan Upaya Pertumbuhan Pelayanan Kemanusiaan dan Integrasi Pembangunan untuk Mendukung Terwujudnya Nawa Cita dan Visi Pembangunan Global Berkelanjutan, Inklusif dan Tangguh,” itu berhasil melahirkan 21 rekomendasi aksi kerja nyata lokal.

Rekomendasi dibacakan di Museum Merapi, Minggu (4/12), bertepatan dengan peringatan Hari Relawan Internasional yang dihadiri oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum, Arshinta, mengatakan komitmen melakukan aksi lokal yang lebih luas di tahun 2017 akan berjalan, apabila didukung oleh semua pihak. Untuk itu Yakkum menyampaikan rekomedasi kepada pemerintah dalam hal ini para pemangku kebijakan dan stakeholder terkait. Arshinta berharap adanya komitemen pemerintah DIY dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif.

21 rekomendasi tersebut :
  1. Prioritas alokasi dana desa/pemerintah untuk kesehatan, akses air tanah, dan program energi terbarukan;
  2. Kerjasama dengan dunia usaha untuk menciptakan lapangan kerja yang inklusif yang tidak mematikan inisiatif dan sumber daya lokal;
  3. Institusi pendidikan dari yang paling kecil seperti Pendidikan Usia Dini (PAUD) sampai pendidikan tingkat tinggi tidak boleh menolak siswa difabel;
  4. Adanya sosialisasi dan syarat yang mudah untuk mengakses Kelompok Usaha Bersama (KUBE);
  5. Mempermudah syarat-syarat pembentukan badan hukum bagi kelompok perempuan dan pendanaan untuk aksi-aksi ketangguhan perempuan;
  6. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja menciptakan inovasi pekerjaan untuk ibu rumah tangga;
  7. Pelibatan yang lebih besar dari laki-laki untuk program Keluarga Berencana (KB);
  8. Adanya pusat informasi kesehatan remaja dan layanan kesehatan reproduksi yang ramah remaja dan komperhensif di seluruh daerah;
  9. Adanya bimbingan dan konseling serta kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sesuai dengan tahapan perkembangan;
  10. Adanya dukungan pemerintah mengenai informasi tata tanam dan ketegasan tentang percepatan penganekaragaman konsumsi pangan;
  11. Pemerintah desa membuka akses, pemasaran produk lokal serta melakukan penyadaran tentang pola pikir dari mengkonsumsi produk pabrik, beralih ke produksi masyarakat yang sehat (pangan lokal);
  12. Adanya peraturan desa (Perdes) bagi masyarakat kembali bertani secara organik;
  13. Membangun kemitraan yang berpihak pada rakyat, setara antara pemerintah pengusaha, dan masyarakat sipil, dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penggunaan dana-dana pembangunan;
  14. Penegakan aturan dan sanksi yang tegas untuk pembangunan yang berkelanjutan dan tidak beresiko;
  15. Pada sektor retail, perlu diupayakan tersedianya tempat seperti pojok difabel, untuk memajang, memasarkan produk hasil kerajinan dan makanan, karya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal dan difabel;
  16. Pemerintah mengangkat anak Cerebral Palsy dengan tingkat keparahan tertentu sebagai anak negara yang dibiayai seluruh kebutuhan dasarnya tanpa memandang ekonomi orang tuanya;
  17. BPJS Kesehatan perlu meningkatkan layanan yang mengkover alat bantu anak difabel termasuk Cerebral Palsy;
  18. Penanganan pencemaran air dan pengolahan limbah sampah antar daerah dari hulu ke hilir secara terintegrasi melibatkan pihak-pihak terkait dengan koordinasi yang efektif;
  19. Upaya pemerintah dan legislatif merevisi peraturan tentang pengelolaan sumber daya air perlu memasukkan prinsip keadilan gender dan memperhatikan resiko perubahan iklim;
  20. Medorong pemerintah di tigkat nasional dan daerah untuk segera diterbitkan kebijakan yang melindungi semua golongan dalam mengekspresikan keyakinan spiritual masing-masing secara bertanggung jawab, serta;
  21.  Pentingnya menanamkan pendidikan kebhinekaan sejak dini pada generasi muda. (SHS)

Gubernur DIY Sri Sultan HB X : Semestinya Semua Wilayah di DIY Punya Perda Disabilitas

Perspektif News – Dukungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap disabilitas sudah jelas, yakni dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) Disabilitas Nomor 4 tahun 2012.
Demikian dikatakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X  saat meresmikan toko retil Alfamart-Yakkum di Jalan Kaliurang Km 13,5, Sleman, Sabtu (3.12).
“Semestinya semua wilayah di DIY, (kabupaten/kota) juga memiliki undang-undang yang mengatur pemenuhan hak penyandang disabilitas. Sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas di DIY,” kata Sri Sultan kepada Perspektif News.
Gubernur menyambut gembira bentuk kerja nyata yang telah dilakukan oleh Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) bekerja sama dengan Alfamart dalam mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas, dan memberikan kesempatan kerja. Pasal 99 Perda Disabilitas mengatur pemenuhan kuota satu persen tenaga kerja penyandang disabilitas dari setiap 100 pekerja bagi perusahaan daerah dan perusahaan swasta. Diharapkan kerja sama tersebut akan menginspirasi dan diikuti oleh para pemilik usaha lain dalam mewujudkan pemenuhan hak penyandang disabilitas di DIY dalam menyerap atau memberikan kesempatan kerja kepada tenaga kerja disabilitas.

Gubernur DIY Resmikan Pusat Pelatihan dan Magang Kerja Disabilitas Yakkum



Perspektif News Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Pusat Pelatihan dan Magang Kerja Disabilitas di Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY), Jalan Kaliurang Km 13,5, Yogyakarta, Sabtu (3/12/2016). 
Kegiatan di Aula Yakkum (Yayasan Kristen untuk Kesejahteraan Umum), itu dilaksanakan bertepatan dengan momentum peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang jatuh pada tiap tanggal 3 Desember.
Pusat Pelatihan dan Magang Kerja Disabilitas adalah bentuk kerja sama Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya, salah satu perusahaan yang mengelola toko retail Alfamart.
Dalam sambutannya, Gubernur DIY mengapresiasi kerja nyata yang telah dilakukan oleh Yakkum dan  Alfamart. “Untuk usaha-usaha mulia ini, saya mengucapkan terima kasih yang dalam disertai penghargaan yang tinggi. Sebab, usaha pioneering ini terbilang langka, karena banyak kendala yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan pengabdian total. Ketekunan, kesabaran dan pengabdian total dalam melatih dan memberikan kesempatan kerja bagi disabilitas ini merupakan aksi nyata," tutur Sri Sultan.

Jumat, 02 Desember 2016

Orang Tua Kelola Warung, Sambil Menunggu Anak Sekolah

BERBAGAI kegiatan positif dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dengan cara apa saja. Demikian pula di sela-sela menunggu waktu anak-anak pulang sekolah, di halaman sekolah, berkegiatan positif dan produktif dapat dilakukan oleh para orangtua siswa. Itulah antara lain yang dikerjakan menunggu waktu anak-anak mereka pulang sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) PGRI Nanggulan, Girimulyo, Kulonprogo.
Biasanya, sebagian para ibu hanya mengantar lalu pulang, ada  yang menunggu hingga anak mereka masuk kelas lalu pulang, kemudian menjemputnya ketika sekolah usai. Namun sebagian lainnya memilih menunggu di sekolah hingga usai pelajaran. Menunggu di sekolah, dipilih oleh orang tua yang jarak rumah ke sekolah jauh dan tidak memiliki aktivitas lain. Duduk-duduk bergerombol, ngerumpi, sering mewarnai kegiatan para ibu menghabiskan waktu menunggu yang cukup lama.

Selasa, 29 November 2016

CIQAL Desak Pemerintah Segera Sahkan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual


Bertepatan dengan peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) CIQAL (Center for Improving Activity in Live of People with Disabilities) bersama komunitas difabel Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendesak pemerintah segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) menjadi Undang-undang (UU).
"RUU ini sudah masuk Prolegnas sejak Mei 2016, namun hingga bulan November ini tak kunjung disahkan," ujar Ibnu Sukaca, Koordinator Program Advokasi LSM Ciqal dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin (28/11). Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan difabel, kata Ibnu, masih sering terjadi dan penyelesaikan hukumnya sering kali diabaikan oleh aparat penegak hukum (APH).

Kamis, 17 November 2016

KATALOG PAMERAN PERSPEKTIF

Selasa, 08 November 2016

Down Syndrome, Tantangan dan Harapan

ANAK dengan down syndrome (DS) merupakan anak dengan kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Terdapat kelebihan kromosom (extracromosome) pada pasangan kromosom ke-21, hingga sindrom ini sering juga disebut dengan istilah “trisomy 21”.
Kondisi abnormal tersebut berdampak pada perkembangan motorik dan kognitif anak. Berbagai kelainan seringkali menyertai mereka sebagai akibat penyimpangan kromosom tersebut.
Dalam sebuah situs, http://www.parenting.co.id/article/article_detail.asp?catid=2&id=10, dituliskan bahwa down syndrome memiliki tiga karakter khas, yaitu secara intelektual rendah, secara mental mereka terbelakang, dan secara fisik mereka lemah, karena beberapa penyakit yang menyertainya.

Kamis, 03 November 2016

Optimalkan Kecerdasan Anak dengan Stimulasi yang Tepat


SELAMA ini sebagian besar orang berpandangan bahwa seseorang akan dikatakan cerdas, ketika berhasil menyelesaikan soal-soal matematika.  Atau mereka yang  nilai sainsnya bagus. Mendapatkan ranking di kelas dan atau sekolah. Bagi anak yang tidak mampu menyelesaikan soal-soal dalam berbagai bidang studi, akan mendapatkan label sebagai anak bodoh, ber-IQ jongkok, atau tak jarang bahkan dilabeli sebagai anak idiot.
Sesungguhnya setiap anak memiliki karakteristik dan kecerdasan masing-masing. Demikian pula dengan anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus (difabel).
Terdapat sebuah nasihat, “Jangan fokus hanya pada kekurangan anak, melainkan fokuslah pada kelebihannya.”
Benar adanya, setiap anak adalah istimewa. Mmereka memiliki kekhasan masing-masing. Stimulasi yang tepat akan dapat mengoptimalkan kecerdasan anak. Orangtua sebaiknya mulai menyadari perlunya membangun sikap dan mental positif. Menghemat energi, dengan tidak hanya berpikir pada kekurangan, melainkan fokus pada kelebihan, dan mengoptimalkannya dengan memberikan stimulasi yang tepat.

Selasa, 01 November 2016

Komunikasi Alternatif dan Tambahan bagi Anak Cerebral Palsy


Foto by :"YOGA KETAWA"
(Laughter Yoga Indonesia)
KELUMPUHAN otak yang menyertai anak dengan Cerebral Palsy (CP), akan berakibat  pada berbagai gangguan koordinasi otot.  Antara lain adalah gangguan koordinasi dalam komunikasi verbal (bicara).  Namun mereka sesung guhnya bisa berkomunikasi dengan bantuan sistem komunikasi alternatif atau tambahan.


Seorang akademisi, Sukinah Sadirin, M.Pd. bersama dua orang lain yaitu Dr. Mumpuniarti, M.Pd  dan Pujaningsih, M.Pd, bergabung dalam sebuah tim yang meneliti, mengembangkan sistem komunikasi tersebut. Mereka bertiga adalah dosen jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Univrsitas Negeri Yogyakarta.

Senin, 31 Oktober 2016

Percaya Diri Mengantar Ayu Meraih Mimpi


HARI itu, Rabu medio September 2016, matahari masih bersinar terik. Waktu menunjukkan pukul 15.15 WIB. Di dalam ruang 120, Jurusan Sains, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, berdiri seorang perempuan mini people, dengan tinggi tubuh tidak sampai satu meter. Ia menghadap ke arah beberapa mahasiswa. Sedang memberi materi kuliah rupanya. Kali itu, ia sedang memaparkan Hukum-hukum Dasar Stoikiometri. Sebuah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). 
Benar, perempuan itu adalah seorang dosen. Ia bernama Ayu Fitri Amalia (31), dosen ilmu kimia. Tidak terlihat ada yang aneh dalam kelas itu. Seluruh mahasiswa yang hadir, khusyuk dan hormat mengikuti materi demi materi yang dijelaskan oleh sang dosen melalui power point yang disiapkannya. Sesekali Ayu menjelaskan rumus-rumus kimia dengan menulis di bagian bawah papan white board. Begitulah, Ayu Fitri memang hanya mampu meraih dan menggunakan papan white board pada  bagian bawah, tersebab kondisi tubuhnya yang pendek adanya.

Selasa, 30 Agustus 2016

Puncak Eksplorasi Titik “Perspektif”

Puncak Eksplorasi Titik “Perspektif”
Catatan Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta 2 - 8 Agustus 2016


SELASA 2 Agustus 2016 sore hari. Kesibukan terjadi di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto 2, Kotabaru.  Riuh jalanan tak membuat kesibukan sekitar pukul 16.00 WIB, itu terganggu. Tenda terpasang, sedikitnya 150 kursi ditata dan panggung bersolek. Begitulah. Sore itu, dilaksanakan pembukaan pameran Kelompok Perspektif Yogyakarta. Agak tidak lazim, karena pembukaan pameran di gedung itu biasa berlangsung malam hari.
Liputan media
Tentu bukan tanpa alasan. Acara seremoni berlangsung sore hari, karena sebagian besar seniman Perspektif adalah anak-anak. Ada tujuh anak difabel tergabung dalam Perspektif. Terdiri empat lelaki dan tiga perempuan, usia mereka terentang mulai dari tujuh tahun hingga 21 tahun. Ada pelajar SD, ada yang tidak bersekolah dan ada pula yang sudah mahasiswa. Jenis difabilitas merena juga beragam. Ada difabel slow learner, tuli, difabel daksa, double handicap (penyandang dua jenis difabilitas) dan ada pula penyandang mental retarded.
Inilah pameran terbesar yang pernah diselenggarakan Perspektif. Meski kelompok itu baru “seumur jagung”, didirikan Oktober 2014, namun pencapaian atas hasil kerja keras mereka selama ini, kiranya layak dicatat. Setidaknya jika dilihat dari keberhasilan kelompok ini dalam upaya membangun mental difabel melalui karya seni rupa. Perspektif tidak melihat anak penyandang difabel itu sebagai obyek, namun justru sebagai subyek, bahkan bersama dengan kedua orangtua mereka.

Minggu, 31 Juli 2016

Pameran Perspektif - Tutti Arts Australia



Rabu, 15 Juni 2016

Tentang Anak “Gifted” dan “Talented “


Serta Permasalahan yang Dihadapi

Oleh: Sri Hartaningsih



PERNAHKAN Anda,sidang pembaca, mendengar sebutan anak  gifted? Siapakah mereka? Bagaimana pula masalah yang mereka hadapi?
Anak gifted adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi serta menunjukkan penonjolan kecakapan khusus, yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lainnya (talented). Di tengah masyarakat sering ada sebutan dengan istilah anak cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI). Dalam pandangan umum mereka disebut sebagai gifted.
Gifted tidak sama dengan Talented,” tutur Endang Widyorini, Ph.D.,Psi, seorang psikolog yang juga dosen pada Universitas Sugiyopranoto (UNIKA) Semarang, pada acara sarasehan Komunitas PAGI, Sabtu (28/5),  lalu di  Gedung Dikpora, Yogyakarta.
Gifted atau cerdas istimewa, merupakan istilah yang diberikan untuk menjelaskan kondisi seseorang yang memiliki kemampuan atau potensi melakukan sesuatu jauh di atas rata-rata orang seusianya. Batasan IQ (Intelligence Quotient) mereka di atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi.

Rabu, 03 Februari 2016

Anak-anak Down Syndrome Berprestasi


Anak dengan down syndrome memiliki kekurangan dalam perkembangan otak kirinya, namun otak kanannya berkembang dengan cukup baik. Karena itu, sangat dibutuhkan peran besar orangtua dalam membantu, mengarahkan, dan membekali perkembangannya secara optimal.  Berikut beberapa anak down syndrome yang berprestasi.

Mereka Down Syndrome, Bukan Idiot


RASA tidak nyaman dan jengah dialami oleh setiap orang tua atau keluarga yang memiliki anak  down syndrome (DS). Tak jarang, ujaran atau komentar bernada menghakimi, melecehkan, singgah di telinga mereka. “Ooooh, itu,  yang wajahnya serupa itu to? Bocah yang idiot itu, kan?”
Begitulah pasangan Esti  Widayati (58) dan Hari Krisyanto (60), warga Wedi, Klaten, ketika berkisah tentang salah satu anak mereka. Ketika ditemui Kamis (28/1/16), lalu mereka mengisahkan, sampai sekarang masih sering mendapat julukan dari sebagian masyarakat sebagai orang tua yang mempunyai anak idiot. Pasangan Esti-Hari memiliki anak gadis  down sindrome, bernama Harda Tri Martina (20). “Keberatan tentu saja, gerah dan terganggu,” ujar Esti Widayati yang lebih akrab dipanggil dengan nama Ida.
Hal senada diungkapkan  beberapa orang tua  anak down syndrome yang tergabung dalam POTADS (Persatuan  Orang tua dengan Anak Down  Syndrome), Yogyakarta. Mereka gerahannya  dengan  pelabelan macam itu, yang memberi stigma bahwa down syndrome sama  dengan  idiot.  “Meskipun dikatakan  dengan nada biasa-biasa saja namun tetap membuat perasaan  kami sebagai orang tua tidak nyaman.” Kalimat macam itu muncul dari salah satu orang tua anak down syndrome.

Selasa, 19 Januari 2016

Disabilitas dan Kepentingan Publik

Oleh : agoes widhartono

BAGAIMANA gambaran ideal negara mesti berperan dalam memfasilitasi kepentingan ramp dua meter, lebar 25 sentimeter dari karet tebal diramu baja putih, dibawa serta masinis itu. Ramp portabel yang bisa dilipat praktis, itu kemudian diletakkan di depan pintu masuk untuk si calon penumpang. Kursi roda kemudian berjalan mulus memasuki gerbong, melintasi ramp yang mulus itu,. Si penumpang kemudian menempati lokasi khusus yang memang sudah diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, terutama yang menggunakan kursi roda. Lokasi khusus itu diberi tanda gambar kursi roda di lantai kereta.

publik bagi warganya, tanpa kecuali, termasuk para difabel?  Sore awal Oktober 2015, sebuah rangkaian kereta listrik Adelaide Metro, Australia, dengan tujuh gerbong berhenti di sebuah stasiun. Sang masinis, seorang diri keluar dari ruang kerjanya. Mesin kereta dibiarkan tetap menyala.Ia mendatangi calon penumpang, laki-laki  sekitar 40 tahun, yang duduk di kursi roda di emplasemen stasiun. Sebuah 

Rabu, 13 Januari 2016

Every Child is Special

Every Child is Special

MENJADI orangtua bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan perkara mudah. Ada dukungan yang harus lebih banyak diberikan. Diskusi yang harus lebih sering dilakukan. Kerjasama harus dijalin, berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjadi model yang baik. Dan yang terpenting, harus dapat menunjukkan rasa cinta tulus dan lebih kepadanya.

Mengapresiasi setiap kemajuan, sekecil apapun. Atau membantu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, atau dibutuhkan,  adalah keniscayaan dan merupakan dinamika lain yang  harus dilakukan orang tua  dengan anak berkebutuhan khusus.

Harus  disadari  bahwa  dalam diri setiap anak membawa potensi atau  kemampuan  masing-masing. Perkembangan potensi pada anak tersebut harus dioptimalkan, agar  anak  mencapai  derajat kemadirian,  dan hak atas  dirinya. Setiap  anak memiliki potensi yang  berbeda  dalam hal bahasa dan bicara, kemandirian,  sikap dan perilaku, kecerdasan,  keterampilan, dan sosial emosionalnya. Potensi-potensi tersebut  dapat dikembangkan atau dioptimalkan melalui pengasuhan, perawatan, pembimbingan, dan pendidikan yang  terbuka.  

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

BELUM tentu akan tuli sekaligus juga bisu. Sebab, tak semua anak tuli tidak dapat berbicara. 
Penulis ingin berbagi kepada sidang pembaca, berdasar pengalaman empirik hidup bersama seorang anak tuli.  Selain itu, juga dalam upaya ingin memberi dukungan kepada para orang tua yang memiliki anak tuli. Mengapa? Karena masih banyak orangtua belum memahami anak dengan gangguan pendengaran  (tuli), sehingga menganggap anak tuli  adalah aib, dengan demikian pantas dikucilkan. Padahal, anak tuli memiliki kelebihan yang luar biasa. Selain aktif dan memiliki ketajaman indera penglihatan, sebagian  besar mereka mempunyai kemampuan untuk berbicara.  Ada  yang  jelas  dalam  pengucapan,   sebagaimana orang  yang bisa mendengar,  namun  ada pula yang  kurang jelas,  sebagaimana terjadi pada putri saya.
Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang mendengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih berfungsi untuk mendengar, baik dengan alat bantu maupun maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Senin, 04 Januari 2016

Penerjemah Bahasa Isyarat sebagai Jembatan Komunikasi

Penerjemah Bahasa Isyarat
sebagai Jembatan Komunikasi

BAHASA sebagai sarana berkomunikasi, saling bertukar informasi, hanya bisa berjalan jika masing-masing pihak memahami bahasa yang digunakan. Keragaman bahasa tidak memungkinkan orang dapat  menguasai seluruhnya. Dalam hal inilah peran  penerjemah  bahasa sangat dibutuhkan, sebagai jembatan perbedaan bahasa. Tentu bertujuan agar informasi dapat dipahami dengan baik, lengkap dan nyaman.

Akan halnya soal keragaman bahasa, diketahui bahwa tiap negara memiliki bahasa daerah dan bahasa  nasionalnya  masing-masing.   Namun, ada satu hal yang perlu diketahui adalah, bahasa sesungguhnya tidak hanya  yang berupa tutur  kata, tetapi juga bahasa tubuh (gesture) atau bahasa isyarat (sign langauge) yang digunakan oleh  kelompok masyarakat tidak mendengar (tuli).

Minggu, 03 Januari 2016

Ketika Anak Down Syndrome Mencari Komunitas

Ketika Anak Down  Syndrome Mencari Komunitas

Putri Anda mengalami down syndrome. 

Satu kalimat terdiri lima suku kata yang keluar dari mulut seorang dokter, itu terasa bagai sambaran petir di siang bolong bagi pasangan Iis Sri Mulyati dan Edy Maryuntoro.  Tak hanya mengagetkan, namun juga terasa menyakitkan. Seolah saya sedang mimpi buruk dan rasanya ingin segera bangun saja, ujar Iis Sri Mulyati mengenang peristiwa itu.

Demikianlah sepenggal kisah yang menyertai seorang gadis bernama Adinda  Ranita Sariputri (13). Dia adalah  anak dengan  Down Syndrome  (DS),  lahir sebagai bungsu dari lima bersaudara. Bersama kedua orangtuanya, pasangan Iis-Edy, Adinda tinggal di kawasan Perumahan Minomartani, Yogyakarta. Sejak  Taman Kanak-kanak (TK) hingga saat ini kelas  VI Sekolah Dasar (SD)  SLB  Yapennas,  Condong Catur, Depok, Sleman,  Adinda   belum   bisa menulis, membaca, juga berhitung, ujar Iis Sri Mulyati, tentang putrinya yang lahir pada 18 Juni 2002 itu.