Latest Post
Loading...

Karya Perspektif pada Festival OZ ASIA, Adelaide, Australia, September-Oktober 2015 (foto : awd)

Keluarga Perspektif dan Tutti Arts, 2 Agustus 2016 (foto :awd)

Pameran karya Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, November 2016 (foto : awd) .

Pameran karya Perspektif di Pojok Budaya Bantul, Juni 2015 (foto : awd).

Pameran karya Perspektif di Bentara Budaya Yogyakarta, Agusus 2016 (foto : awd).

Jumat, 01 Maret 2019

Diffcom Shop, Fasilitasi Difabel Perupa Menjual Karya

Perspektif_News. Karya seni merupakan mata batin bagi sang perupa atau pencipta karya. Berbagai proses melatar belakangi perupa dalam penciptaan hasil karya. Sudah barang tentu tidak sama antara perupa satu dengan lainnya. Sehingga tiap-tiap karya memiliki spesifikasi (karakteristik) masing-masing, sebagaimana ungkapan mata batin pencipnya. Untuk itu nilai jual tiap-tiap karya juga menjadi berbeda, berdasar pada bahan atau material juga ide penciptaannya.
Ada kalanya sebuah karya menjadi sangat istimewa bagi penciptanya, sehingga perupa tidak ingin menjualnya dengan imbalan berapapun. Namun demikian, kebanyakan perupa justru ingin menjual karyanya.

Live Transcribe dan Sound Amplifier Harapan Baru bagi Tuli

Perspektif_News. Perusahaan raksasa internet Google baru-baru ini kembali mengembangkan teknologi untuk semua kalangan, termasuk bagi orang dengan difabilitas. Jika sebelumnya mengembangkan teknologi untuk membantu difabel netra dan difabel fisik, kali ini Google memperkenalkan dua aplikasi bagi difabel tuli.  Live Transcribe dan Sound Amplifier ialah dua aplikasi itu. Dua aplikasi yang dapat membantu tuli mempermudah melakukan aktivitas sehari-hari, membantu tuli berkomunikasi dengan orang mendengar.

Menurut berita yang dilansir gizmologi.id, pengembangan aplikasi tersebut terinspirasi dari Dimitri Kanevsky, ilmuwan riset di Google yang telah bekerja pada pengenalan suara dan teknologi komunikasi selama 30 tahun terakhir. Melalui karyanya, Dimitri ‘yang tuli sejak usia dini’  telah membantu mengembangkan aksesibilitas teknologi.

Dikembangkan dari teknologi CART, yakni layanan pemberi keterangan di internet (captioner virtual place) digabung dengan transkripsi dialog lisan, selanjutnya ditampilkan di layar komputer. Teknologi tersebut mendasari pengembangan aplikasi Live Transcribe. Sebuah aplikasi berbasis cloud atau komputasi suara bagi penyandang tuli, yang mampu mengonversi suara menjadi teks secara langsung (real time) dengan menggunakan mikrofon di ponsel.

Cara kerja Live Transcribe

Untuk dapat menggunakan aplikasi Live Transcribe, syarat utama adalah smartphone android telah terinstal aplikasi  Live Transcribe, yang dapat diunduh dari playstore. Selanjutnya melalui mikrofon smartphone, suara yang diucapkan dan ditangkap mikrofon akan dituangkan dalam bentuk tulisan secara real-time. Dengan aplikasi Live Trancribe, tuli atau orang dengan gangguan pendengaran tidak lagi terlalu bergantung pada orang lain. Sehingga interaksi dan berkomunikasi sehari-hari dengan orang mendengar menjadi lebih efektif.

Efektivitas aplikasi Live Transcribe dirasakan betul oleh seorang mahasiswa tuli yang bernama Laksmayshita Khanza, yang akrab disapa Shita. Dia yang menjadi tuli sejak lahir, semenjak bersekolah di sekolah umum, mengalami hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Dirinya sangat berharap adanya aplikasi yang dapat mengkonversi suara menjadi sebuah teks atau tulisan. Sehingga ketika di kelas, kata dia, penjelasan guru atau dosen dapat dipahami  tuli saat itu juga. “Jadi saya juga teman-teman tuli tidak perlu lagi mengandalkan juru bahasa isyarat, guru pendamping khusus (GPK), atau bantuan teman-teman,” ujar Shita.

Lanjutnya, “Dengan aplikasi Live Transcribe saya sebagai tuli jadi lebih dimudahkan. Saya dapat langsung paham apa yang diucapkan dosen, teman, dan orang-orang di sekitar saya. Sungguh ini sangat membahagiakan!” Kepada Perspektif_News, Jumat (15/2) Shita berteriak kegirangan.

Benar adanya, pada saat yang sama Perspektif_News menguji sendiri aplikasi besutan Google tersebut. Dan real time, semua yang terucap, diterjemahkan (ditranscribe) ke dalam bentuk tulisan. Kepada Perspektif_News kembali Shita menyatakan, dengan alat bantu ini, dirinya merasa lebih mudah berkomunikasi dengan siapa saja tanpa bantuan orang lain.

Pengalaman serupa juga dialami beberapa teman-teman Shita, baik di komunitas maupun di kampusnya. “Saat ini  Live Transcribe benar-benar dapat memenuhi kebutuhan berkomunikasi bagi komunitas kita, komunitas tuli. Seperti jadi punya jembatan penghubung, jadi tidak susah dan bingung lagi,” Ahlan mewakili diri dan komunitas tuli mengungkapkan pada Perspektif_News.

Sebagaimana dirilis gizmologi.id bahwa Live Transcribe tersedia dalam lebih dari 70 bahasa dan aksen. Aplikasi ini juga memungkinkan percakapan dua arah melakui keyboard ketik bagi pengguna yang tak bisa atau tak ingin bicara. Perangkat juga bisa dihubungkan dengan mikrofon eksternal untuk meningkatkan keakuratan transkripsi.

Sound Amplifier

Sound Amplifier, adalah aplikasi untuk memperjernih suara. Semua orang dapat menggunakan penguat audio terutama pada situasi bising. Untuk itu Google meluncurkan Sound Amplifier, yang telah diluncurkan tahun lalu.

Dengan aplikasi Sound Amplifier, tuli dapat memperjernih suara. Dengan demikian lebih mudah menangkap dan mendengar suara. Aplikasi ini pada smartphone Android dapat pula digunakan menggunakan headphone kabel untuk menyaring dan menguatkan suara.

Kerja aplikasi Sound Amplifier adalah meningkatkan suara yang kecil, namun tidak memperkuat suara yang keras. Kejernihan suara dapat diatur, demikian pula dengan peningkatan suara, serta pengurang kebisingan. Dengan pengaturan tersebut, dapat meminimalkan suara lain yang mengganggu.


Live Transcribe juga Sound Amplifier dapat diunduh melalui Play Store, didukung oleh Smartphone Android 9 Pie atau yang lebih baru. Aplikasi ini juga sudah terpasang pada Pixel 4. Dua aplikasi tersebut nyata telah membantu ratusan juta orang tuli atau sulit mendengar di Amerika, sehingga dapat berkomunikasi lebih jelas. *** [SHS]