Latest Post
Loading...

Karya Perspektif pada Festival OZ ASIA, Adelaide, Australia, September-Oktober 2015 (foto : awd)

Keluarga Perspektif dan Tutti Arts, 2 Agustus 2016 (foto :awd)

Pameran karya Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, November 2016 (foto : awd) .

Pameran karya Perspektif di Pojok Budaya Bantul, Juni 2015 (foto : awd).

Pameran karya Perspektif di Bentara Budaya Yogyakarta, Agusus 2016 (foto : awd).

Selasa, 19 Januari 2016

Disabilitas dan Kepentingan Publik

Oleh : agoes widhartono

BAGAIMANA gambaran ideal negara mesti berperan dalam memfasilitasi kepentingan ramp dua meter, lebar 25 sentimeter dari karet tebal diramu baja putih, dibawa serta masinis itu. Ramp portabel yang bisa dilipat praktis, itu kemudian diletakkan di depan pintu masuk untuk si calon penumpang. Kursi roda kemudian berjalan mulus memasuki gerbong, melintasi ramp yang mulus itu,. Si penumpang kemudian menempati lokasi khusus yang memang sudah diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, terutama yang menggunakan kursi roda. Lokasi khusus itu diberi tanda gambar kursi roda di lantai kereta.

publik bagi warganya, tanpa kecuali, termasuk para difabel?  Sore awal Oktober 2015, sebuah rangkaian kereta listrik Adelaide Metro, Australia, dengan tujuh gerbong berhenti di sebuah stasiun. Sang masinis, seorang diri keluar dari ruang kerjanya. Mesin kereta dibiarkan tetap menyala.Ia mendatangi calon penumpang, laki-laki  sekitar 40 tahun, yang duduk di kursi roda di emplasemen stasiun. Sebuah 

Rabu, 13 Januari 2016

Every Child is Special

Every Child is Special

MENJADI orangtua bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan perkara mudah. Ada dukungan yang harus lebih banyak diberikan. Diskusi yang harus lebih sering dilakukan. Kerjasama harus dijalin, berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjadi model yang baik. Dan yang terpenting, harus dapat menunjukkan rasa cinta tulus dan lebih kepadanya.

Mengapresiasi setiap kemajuan, sekecil apapun. Atau membantu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, atau dibutuhkan,  adalah keniscayaan dan merupakan dinamika lain yang  harus dilakukan orang tua  dengan anak berkebutuhan khusus.

Harus  disadari  bahwa  dalam diri setiap anak membawa potensi atau  kemampuan  masing-masing. Perkembangan potensi pada anak tersebut harus dioptimalkan, agar  anak  mencapai  derajat kemadirian,  dan hak atas  dirinya. Setiap  anak memiliki potensi yang  berbeda  dalam hal bahasa dan bicara, kemandirian,  sikap dan perilaku, kecerdasan,  keterampilan, dan sosial emosionalnya. Potensi-potensi tersebut  dapat dikembangkan atau dioptimalkan melalui pengasuhan, perawatan, pembimbingan, dan pendidikan yang  terbuka.  

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

BELUM tentu akan tuli sekaligus juga bisu. Sebab, tak semua anak tuli tidak dapat berbicara. 
Penulis ingin berbagi kepada sidang pembaca, berdasar pengalaman empirik hidup bersama seorang anak tuli.  Selain itu, juga dalam upaya ingin memberi dukungan kepada para orang tua yang memiliki anak tuli. Mengapa? Karena masih banyak orangtua belum memahami anak dengan gangguan pendengaran  (tuli), sehingga menganggap anak tuli  adalah aib, dengan demikian pantas dikucilkan. Padahal, anak tuli memiliki kelebihan yang luar biasa. Selain aktif dan memiliki ketajaman indera penglihatan, sebagian  besar mereka mempunyai kemampuan untuk berbicara.  Ada  yang  jelas  dalam  pengucapan,   sebagaimana orang  yang bisa mendengar,  namun  ada pula yang  kurang jelas,  sebagaimana terjadi pada putri saya.
Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang mendengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih berfungsi untuk mendengar, baik dengan alat bantu maupun maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Senin, 04 Januari 2016

Penerjemah Bahasa Isyarat sebagai Jembatan Komunikasi

Penerjemah Bahasa Isyarat
sebagai Jembatan Komunikasi

BAHASA sebagai sarana berkomunikasi, saling bertukar informasi, hanya bisa berjalan jika masing-masing pihak memahami bahasa yang digunakan. Keragaman bahasa tidak memungkinkan orang dapat  menguasai seluruhnya. Dalam hal inilah peran  penerjemah  bahasa sangat dibutuhkan, sebagai jembatan perbedaan bahasa. Tentu bertujuan agar informasi dapat dipahami dengan baik, lengkap dan nyaman.

Akan halnya soal keragaman bahasa, diketahui bahwa tiap negara memiliki bahasa daerah dan bahasa  nasionalnya  masing-masing.   Namun, ada satu hal yang perlu diketahui adalah, bahasa sesungguhnya tidak hanya  yang berupa tutur  kata, tetapi juga bahasa tubuh (gesture) atau bahasa isyarat (sign langauge) yang digunakan oleh  kelompok masyarakat tidak mendengar (tuli).

Minggu, 03 Januari 2016

Ketika Anak Down Syndrome Mencari Komunitas

Ketika Anak Down  Syndrome Mencari Komunitas

Putri Anda mengalami down syndrome. 

Satu kalimat terdiri lima suku kata yang keluar dari mulut seorang dokter, itu terasa bagai sambaran petir di siang bolong bagi pasangan Iis Sri Mulyati dan Edy Maryuntoro.  Tak hanya mengagetkan, namun juga terasa menyakitkan. Seolah saya sedang mimpi buruk dan rasanya ingin segera bangun saja, ujar Iis Sri Mulyati mengenang peristiwa itu.

Demikianlah sepenggal kisah yang menyertai seorang gadis bernama Adinda  Ranita Sariputri (13). Dia adalah  anak dengan  Down Syndrome  (DS),  lahir sebagai bungsu dari lima bersaudara. Bersama kedua orangtuanya, pasangan Iis-Edy, Adinda tinggal di kawasan Perumahan Minomartani, Yogyakarta. Sejak  Taman Kanak-kanak (TK) hingga saat ini kelas  VI Sekolah Dasar (SD)  SLB  Yapennas,  Condong Catur, Depok, Sleman,  Adinda   belum   bisa menulis, membaca, juga berhitung, ujar Iis Sri Mulyati, tentang putrinya yang lahir pada 18 Juni 2002 itu.