Latest Post
Loading...

Karya Perspektif pada Festival OZ ASIA, Adelaide, Australia, September-Oktober 2015 (foto : awd)

Keluarga Perspektif dan Tutti Arts, 2 Agustus 2016 (foto :awd)

Pameran karya Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, November 2016 (foto : awd) .

Pameran karya Perspektif di Pojok Budaya Bantul, Juni 2015 (foto : awd).

Pameran karya Perspektif di Bentara Budaya Yogyakarta, Agusus 2016 (foto : awd).

Selasa, 24 Oktober 2017

Memaknai Tiga Tahun “Perspektif” Yogyakarta dengan Refleksi



Memaknai Tiga Tahun “Perspektif” Yogyakarta dengan Refleksi

Perspektifnews.Yogyakarta. Tiga tahun sudah Keluarga Perspektif  Yogyakarta hadir di tengah khalayak. Lantas, bagaimana komunitas yang membuka ruang bagi difabel tumbuh percaya diri melalui media seni rupa, itu memaknainya? Di antara banyak cara, refleksi dan introspeksi, menjadi pilihan. Berpikir dan meninjau ulang (review/ flash back) tentang mengapa harus ada, apa yang sudah dilakukan dan menata yang akan dikerjakan, menjadi momentum berharga.

Demikianlah. Dibalut kebersamaan, dan rasa cinta menandai tiga tahun usia Perspektif Yogyakarta. Namun, kemeriahan acara potong tumpeng dan kue ulang tahun pun tetap ada. Kemeriahan, suka cita saat bernyanyi, tiup lilin bersama, merepresentasikan rasa syukur atas peringatan tiga tahun kelahiran kelompok itu. Minggu (22/10) bertempat di rumah salah seorang anggota, Nathan Tristhan Purwadi (10), di Perum Wirokerten Pratama Blok D 11-12, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, semua rangkaian acara itu dilangsungkan. Sedikitnya 40 orang hadir siang itu. Kehangatan dan kebersamaan sebuah keluarga makin teras.  Saling mendukung. Semua hal positif menggambarkan kuatnya arti keluarga pada kelompok Perspektif Yogyakarta.

Senin, 13 Maret 2017

“Perspektif” Berbagi pada Sarasehan di Kabupaten Wonogiri

SUASANA Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri pagi itu, Jumat (10/3) semarak. Ratusan kursi ditata setengah lingkaran.  Sejak pukul 08.00 WIB, sedikitnya 100 orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah siap, duduk di kursi empuk berwarna merah itu. Para orang tua ABK itu hadir untuk memenuhi undangan Tim Penggerak PKK (TP PKK) Kabupaten Wonogiri yang menggelar sarasehan bertajuk momong cerdas bagi Orang tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) se-Kabupaten Wonogiri.

Senin, 02 Januari 2017

Malioboro Dipoles, Bagaimana Difabel Mengakses?

JALAN Malioboro agaknya tak pernah usai dipersoalkan, dibicarakan, termasuk juga dibangun secara fisik. Sepotong jalan di tengah kota itu, memang sudah kadung menjadi landmark Yogyakarta. Apapun yang terjadi di sana, pasti membetot perhatian khalayak.

Kamis (22/12/16) sore lalu, misalnya. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan kawasan Pedestrian Malioboro. Guiding block (jalan pemandu) bagi kaum difabel netra, sepanjang 910 meter, melengkapi kawasan itu.

 Selain guiding block, ramp (jalan miring) bagi pengguna kursi roda disediakan di sepanjang trotoar kawasan pedestrian Malioboro tersebut. Disediakan pula kursi-kursi, tempat sampah, lampu, air bersih siap minum di dua titik, bola pembatas, dan berbagai fasilitas lain. Pohon asam jawa, gayam, soka, dan berbagai jenis tanaman lain juga ditanam di sana.

Hukum bagi Difabel: Lain Amerika, Lain Pula Indonesia


SUDAHKAH hukum di Indonesia berpihak, berlaku setara bagi difabel? Pertanyaan itu tentu akan melahirkan banyak jawab, bergantung pada situasi dan kondisi penyebabnya. Berbeda dengan Amerika Serikat. Di negara itu, penyandang disabilitas (difabel) baik fisik maupun mental, memiliki status yang sama di hadapan hukum dengan masyarakat non difabel. Kekurangan yang menyertai tidak dijadikan alasan untuk menempatkan difabel sebagai warga kelas dua.

Menurut DR. Sandy A. Folker, narasumber pada diskusi tematik di Kantor SAPDA, Jalan Madubronto No. 25 Yogyakarta, Selasa (20/12/16) lalu, di Amerika difabel mental intelektual dapat menjadi saksi di pengadilan. Dia hanya butuh waktu, ruang dan kesempatan untuk memahami seluk beluk peradilan, mengenal aparat penegak hukum dan tugas-tugasnya.