Latest Post
Loading...

Karya Perspektif pada Festival OZ ASIA, Adelaide, Australia, September-Oktober 2015 (foto : awd)

Keluarga Perspektif dan Tutti Arts, 2 Agustus 2016 (foto :awd)

Pameran karya Perspektif di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, November 2016 (foto : awd) .

Pameran karya Perspektif di Pojok Budaya Bantul, Juni 2015 (foto : awd).

Pameran karya Perspektif di Bentara Budaya Yogyakarta, Agusus 2016 (foto : awd).

Sabtu, 15 Desember 2018

Triyono Mendedikasikan Hidupnya untuk Kesetaraan Difabel

Perspektif_News. Dikenal sebagai sosok pendiri ojek roda tiga (difa bike) dengan label usaha Difa City Tour and Transport, adalah seorang pria yang biasa dipanggil dengan nama Tri. Memiliki nama panjang Triyono (35), pria ini berjanji dengan dirinya sendiri (kontrak hidup), bahwa hidupnya didedikasikan untuk kesetaraan difabel.

Dia tidak akan pernah meninggalkan teman-temannya difabel, terlebih para difabel yang menjadi anak asuhnya atau para pengemudi ojek roda tiga, demikian pula dengan difabel lain yang perlu mendapatkan perhatian. Dijumpai di sela peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2018 yang berlangsung di Balaikota Kota Yogyakarta, Rabu (5/12/2018) Tri menuturkan latar belakang atas hidup yang dipilihnya.

“Selama saya hidup, saya tidak akan meninggalkan anak-anak (difabel dalam difa bike) dan difabel lain yang membutuhkan perhatian. Ini adalah kontrak hidup saya,” ujar Tri kepada Perspektif News.

Difa City Tour and Transport, Inisiasi Gerakan Berbagi dengan Hati


Perspektif_News. Gerakan berbagi kepada difabel berat hingga sangat berat atau dengan mobilitas gerak hanya 0-5%, diinisiasi oleh Difa City Tour and Transport. Dikemas dalam “Difa Peduli” kegiatan diagendakan pada 7-9 Desember 2018. Sebanyak 20 dari 40 orang difabel dengan difabilitas berat dan sangat berat di Wilayah Sleman (Godean, Moyudan, Turi, Pakem), Bantul (Sewon, Sedayu, Imogiri), serta Nangulan, Kulon Progo menjadi teman berbagi

Pendiri Difa City Tour and Transport Triyono, tidak peduli jika akan dikatakan gerakan berbagi yang diinisiasinya sebagai gerakan charity. Bagi Triyono, gerakan berbagi yang dia lakukan bersama para driver, adalah gerakan kemanusiaan. Bagaimana tidak? Mereka ‘para difabel’ tidak mampu beraktivitas, apalagi bermobilitas. Makan, tidur, buang air kecil, buang air besar, semuanya dilakukan di tempat yang sama.

“Ini bukan charity atau belas kasihan. Ini gerakan afirmasi, gerakan kemanusiaan sejati. Mereka juga manusia, bagian dari dunia. Yang butuh kepedulian dari manusia lainnya. Jangan salah mengansumsikan charity,” tegas Triyono.

Dengan kondisi difabilitas berat hingga sangat berat, mereka membutuhkan orang lain seumur hidup mereka. Sementara orangtua maupun keluarga mereka butuh mencari nafkah untuk bertahan hidup. Mereka tidak butuh uang, tetapi butuh makanan, pampers, kesehatan, kebahagiaan, dan teman.  
Sedangkan bantuan dari pemerintah yang diberi nama Jaminan Hidup (Jadup) tidak dapat mereka terima setiap bulannya. Mereka menerima setiap tiga bulan sekali. Sementara mereka perlu makan setiap hari. Seharusnya Jadup ini diterimakan atau disampaikan paling lambat satu minggu sekali. Demikian kritisi Triyono terhadap sistem Jadup.

Assesment pendataan
‘Selanjutnya Triyono bercerita bagaimana dia bisa menemukan 40 difabel dengan kondisi mobilitas gerak 0-5% tersebut. Untuk itu dia, menugaskan seluruh driver untuk melakukan survei di antara kegiatan mencari nafkah (mengantar pelanggan). Survei atau mengunjungi dilakukan untuk mendapatkan data kongkrit difabel sebagaimana kriteria, selanjutnya melakukan assesment kebutuhan. Dari data dan assesment, akhirnya ditentukan paket-paket yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan.

Karena keterbatasan anggaran Difa City Tour and Transport, 20 orang difabel di Wilayah Sleman dan Kulonn Progo dipilih untuk menerima paket difa peduli periode pertama. Adapun 20 orang lainnya di wilayah Bantul, akan diagendakan pada gerakan difa peduli berikutnya.

Triyono juga menyampaikan bahwa paket yang dikemas rata-rata berisi pampers, beras, gula pasir, teh, dan minyak goreng. Rata-rata paket senilai 200 ribu rupiah. Kegiatan pengepakan paket dilakukan bersama-sama seluruh driver difa bike dengan keterlibatan para mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selanjutnya Difa City Tour and Transport akan bergerak untuk berbagi ke berbagai wilayah yang memang di sana tinggal difabel yang betul-betul membutuhkan bantuan. Pada kesempatan bincang-bincang dengan Solider, Triyono menghimbau kepada sahabat-sahabat pengusaha dan beberapa pihak peduli, untuk menyisihkan apa yang dimiliki. Tidak harus berupa uang, bisa berupa barang, apa saja. Mari mulai berbagi  dengan hati, berbagi kebahagiaan, tidak perlu menunggu kita menjadi orang kaya.

Menolak panti
Di akhir perbincangan, Triyono mengutarakan ketidaksetujuannya jika difabel diserahkan ke panti. Dia mendorong agar para orangtua tetap mengasuh sendiri anak-anak mereka yang difabel. Dengan mengasuh sendiri, artinya penerimaan sebagai orangtua sudah dibuktikan. “Bagaimana pun keadaan mereka, jangan pernah anak-anak difabel dititipkan ke panti-panti,” himbauannya.

Kepada para orangtua dan siapa saja, Triyono menghimbau untuk meluangkan waktu memahami kebutuhan para difabel berat dan sangat berat. “Mari untuk sedetik mengerti dan memahami kebutuhan mereka. Tidak harus menjadi mereka, atau menjadi bagian dari mereka, baru kemudian bisa merasakan kondisinya. Yang pasti mereka pasti tidak memilih kehidupannya saat ini. Mereka hanya menerima dan menjalani kehidupan yang menyertainya. Mari mulailah berbagi, berbagi dengan hati,” pungkasnya, Kamis (6/12/2018). [sri hartaning sih]

Notes: Data Difabel Penerima Paket “Difa Peduli 2018”
 

Bertrand Antolin and Friends pada Puncak Peringatan HAKTP

Perspektif_News. Artis Ibukota Bertrand Antolin hadir  pada puncak peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), yang dihelat di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, pada Senin (10/12/2018). Sebuah kerja bareng Lembaga Center for Improving Qualified Activity in Life of People with Disabilities (CIQAL) dan organisasi Sama Setara itu, sekaligus menandai momentum peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2018.
Pada acara tersebut, Bertrand Antolin hadir sebagai representasi atau perwakilan dari Bertrand Antolin and Friends. Sebagai duta  Bertrand Antolin and Friends, menyampaikan bentuk kepedulian dan dukungan kelompoknya terhadap difabel di Yogyakarta.
Empat buah kursi roda standar dan satu buah sepatu terapi, menjadi ujud kepedulian dan dukungan tersebut. Keempat kursi roda tersebut diterimakan kepada Nadang Arya Kusuma (17), Pandes Panggungharjo, Sewon, Bantul; Dwi Haryanti (49), Kringin, Canden, Jetis, Bantul; Sutrisno (43) warga Kemiri Sewu, Godean; dan Nasya Hanifa Sheviani (18) warga Samirono, Depok, Sleman.

248 Difabel Menerima Sakramen Baptis di Gereja Korabaru Yogyakarta

Perspektif_News. Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, Selasa (12/12/2018) menggelar sakramen inisiasi atau baptis bagi 248 umat difabel, yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Selain dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, ada yang datang dari Samarinda bahkan Papua. Sakramen dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko.

Mengambil tema “Everyone is Special” kegiatan tersebut menjadi bukti keterbukaan dan cinta kasih Gereja Katolik Kotabaru kepada setiap umat tanpa memandang perbedaan. Sakramen baptis tersebut merupakan tindak lanjut Perayaan Ekaristis bagi umat difabel yang telah terselengara pada 28 September lalu, sekaligus menandai peringatan hari disabilitas internasional (HDI) 2018, yang jatuh pada 3 Desember.

Dua Angka Merah Nilai Raport Malioboro dan Balaikota Yogyakarta


Perspektif_News. Sejak diberlakukannya Perda DIY No. 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas (difabel) pada 15 Mei 2014, Kota Yogyakarta membuat banyak capaian terkait perwujudan aksesibilitas dan kebijakan kota inklusif. Sehingga Kota Yogyakarta menjadi barometer inklusivitas bagi kota-kota dan daerah lain di Indonesia.

Namun demikian, sejumlah Organisasi Penyandang Disabilitas DIY yang dimotori oleh Organisasi Harapan Nusantara (OHANA) menemukan dan mencatat adanya dua angka merah, nilai rapor Malioboro dan Balaikota Yogyakarta. Diwakili oleh beberapa difabel fisik, tuli dan netra, bekerja sama dengan Departemen Arsitektur Institut Teknologi Surabaya (ITS), pada 12 September 2018 telah melakukan survei  aksesibilitas di Malioboro dan Balaikota Yogyakarta.