Perspektifnews.Yogyakarta. Hastag #Tulinyaman berkendara akan segera dijumpai pada berbagai media sosial (medsos). Baik Facebook, Istagram, WhatsAap, dan medsos lainnya. Hastag dalam rangka mensosialisasikan sticker kendaraan bagi difabel tuli.
Selasa (2/10/2018), Komite Pemenuhan dan Penghormatan Hak Penyandang Disabilitas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali merealisasikan dukungan bagi tuli agar nyaman berkendara di jalan raya. Sosialisasi penggunaan sticker tanda kendaraan bagi tuli total berkendara di jalan raya, merupakan realisasi dukungan lanjut.
Sosialisasi dilaksanakan di Kantor Komite Disabilitas DIY, Jalan Sriti No. 20-A Demangan Baru, Catur Tunggal, Depok, Sleman. Dihadiri belasan tuli yang tergabung dalam Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) DIY, dan beberapa anggota komite.
Kenyamanan berkendara di jalan raya menjadi hak setiap warga tidak terkecuali tuli. Namun, orang dengan tuli total, terkendala dalam mengakses jalan raya. Dianggap tidak patut berkendara karena ketulian yang menyertai, dikhawatirkan membahayakan pengguna jalan raya, dan berbuntut tidak berhak atas Surat Izin Mengemudi (SIM). Ironisnya, tidak diberikan SIM, beberapa tuli pernah dikenai tindakan langsung (tilang).
Saat berlangsung operasi penertiban kelengkapan surat-surat kendaraan, beberapa tuli terkena tilang. Mereka dianggap tidak mematuhi aturan lalu lintas. Berbagai permasalahan tersebut melatarbelakangi gerakan pemenuhan hak bagi tuli oleh Komite Disabilitas DIY.
Berbagai fakta yang terjadi pada pengendara tuli mendapatkan perhatian serius. Menggandeng Pusat Studi Transportasi dan Lingkungan (Pustral) UGM, Dinas Perhubungan, jajaran Direktoral Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah (Polda) DIY, serta beberapa pihak terkait, telah dilakukan untuk mendapatkan solusi.
Rabu (3/10) Asisten Komite Disabilitas DIY Yudi Aditia Nugraha menerangkan bahwa, wacana penggunaan sticker bagi pengendara tuli total sudah cukup lama dibahas atau didiskusikan. Kurang lebih sudah hampir tiga tahun, yakni sejak akhir tahun 2015.
Terakhir kali dibahas bersama Direktorat Pembinaan Masyarakat (DIT BINMAS) POLDA DIY, Senin (24/9/2018). “Ditbinmas bersepakat memberikan jalan tengah bagi tuli total yang tidak bisa menggunakan alat bantu dengar,” terang Aditia.
Penggunaan gambar tempel (sticker) sebagai tanda bahwa pengendara adalah tuli total adalah sebuah solusi. Sticker dengan gambar logo telinga disumpal (tuli) berwarna hitam, latar belakang berwarna kuning, saat ini dipilih sebagai solusi tersebut.
Sticker tanda kendaraan bagi pengendara tuli, nantinya dipasang di slebor bagian belakang. Dengan harapan mudah dilihat oleh pengguna jalan lainnya, dan polisi tidak menilang terhadap pengendara dengan sticker tersebut.
“Bagi pengguna motor, sticker ditempel di slebor belakang. Bagi pengguna mobil, sticker dipasang di bagian depan dekat dengan mesin, juga di bagian belakang. Dengan demikian akan terlihat oleh pengendara lain, sehingga dapat menjaga jarak tidak perlu mengklakson,” Himbauan Direktur Ditbinmas POLDA DIY, Yulianto disampaikan oleh Aditia.
Antisipasi terkait penyalahgunaan sticker oleh orang tidak bertanggung jawab juga dipersiapkan Ditbinmas POLDA DIY. Mengingat mudahnya sticker ditempel oleh siapa pun, dan ada kemungkinan motor dengan sticker logo tuli dikendari oleh non tuli.
Pemberian sticker yang bisa dipasang dan dilepas, menjadi wacana lain. Harapannya sticker yang tujuannya untuk peringatan jangan sampai dimanfaatkan non tuli yang tidak bertanggung jawab. Dianggap sticker biasa bukan peringatan, atau bahkan dimanfaatkan agar tidak dikenai tilang.
Menanggapi penyalahgunaan tersebut Fikri Muhandis, salah seorang anggota Gerkatin DIY menyampaikan kesepakatan adanya sticker yang dapat dipasang dan dilepas. Selain itu dia juga mengusulkan penggunaan bendera sebagai tanda atau kode alternatif lain.
Penggunaan bendera pada kendaraan daerah pertambangan, dicontohkannya. Begitu juga tangki pertamina, ungkap Fikri. “Jikalau tangki berisi maka pengemudi wajib memasang bendera warna merah. Dengan demikian pengguna jalan raya akan berbahaya jika terlalu dekat,” ungkapnya.
Dilaunching November 2018
Muhammad Ismail, difabel tuli Staf Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia bertutur kepada Solider. Rencana penggunaan sticker akan resmi di-launching pada 1 November 2018.
Sebelum tiba agenda launching, tuli akan melakukan soialisasi melalui media sosial (medsos), dan uji coba di jalan raya. Selama masa sosialisasi dan uji coba, respon berupa komentar dan sikap pengguna jalan pada umumnya akan menjadi evaluasi, ujarnya. Rabu (3/10).
Arni Suwantini mewakili Komite Disabilitas DIY menyetujui penggunaan tanda kendaraan bagi tuli. Hal tersebut menyangkut kenyamanan berkendara bagi tuli. Dia menghimbau kepada seluruh tuli untuk melakukan sosialisasi melalui media sosial, sebelum masa uji coba yang akan segera diagendakan. Sosialisasi dengan hastag #Tulinyamanberkendara, menjadi kesepakatan bersama.
Dengan demikian pada saat uji coba nanti, baik tuli maupun masyarakat sudah memahami. Saling mengedukasi diri saat di jalan raya, musti dilakukan, ujar Arni. Dampaknya tuli nyaman berkendara di jalan raya, demikian pula dengan pengguna lainnya.
Terkait pengadaan sticker dan bendera sebagai uji coba, Arni menyatakan bahwa selama masa uji coba Komite Disabilitas DIY akan memfasilitasi. Artinya pengadaan sticker dan bendera akan diadakan oleh Komite Disabilitas. Adapun pengadaan tiang bendera diusahakan oleh masing-masing tuli. [sri hartaning sih].
0 komentar:
Posting Komentar