Latest Post
Loading...

Sabtu, 15 Desember 2018

Triyono Mendedikasikan Hidupnya untuk Kesetaraan Difabel

Perspektif_News. Dikenal sebagai sosok pendiri ojek roda tiga (difa bike) dengan label usaha Difa City Tour and Transport, adalah seorang pria yang biasa dipanggil dengan nama Tri. Memiliki nama panjang Triyono (35), pria ini berjanji dengan dirinya sendiri (kontrak hidup), bahwa hidupnya didedikasikan untuk kesetaraan difabel.

Dia tidak akan pernah meninggalkan teman-temannya difabel, terlebih para difabel yang menjadi anak asuhnya atau para pengemudi ojek roda tiga, demikian pula dengan difabel lain yang perlu mendapatkan perhatian. Dijumpai di sela peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2018 yang berlangsung di Balaikota Kota Yogyakarta, Rabu (5/12/2018) Tri menuturkan latar belakang atas hidup yang dipilihnya.

“Selama saya hidup, saya tidak akan meninggalkan anak-anak (difabel dalam difa bike) dan difabel lain yang membutuhkan perhatian. Ini adalah kontrak hidup saya,” ujar Tri kepada Perspektif News.


Sejak empat tahun terakhir Triyono mengubah jalan hidupnya. Sebelumnya pria pengguna tongkat penyangga tubuh (krug) ini, adalah seorang pengusaha kedai susu. Omset dari usaha yang dijalaninya sudah mencapai puluhan juta rupiah tiap bulannya.

Namun dia memilih meninggalkan usaha kedai susu yang telah digelutinya. Berawal dengan melihat seorang difabel yang basah kuyup saat mengambil air wudlu di Masjid Agung Sleman. Kesulitan yang dihadapi difabel saat ingin bertemu Tuhannya, memanggil nuraninya untuk mengubah jalan hidup, berbagi kebahagiaan dengan sesama difabel.

“Meski difabel, saya dapat melakukan apa saja. Tidak menemukan hambatan apapun baik mengakses pendidikan, berinterkasi sosial, hingga membangun usaha. Saya menjadi orang yang tidak bersyukur, jika saya tidak peduli,”  suara hati Triyono yang disampaikan pada Perspektif News.
Berbagi dan bersyukur bagi dia, tidak harus menungga kaya. Berbagi dengan hati, berbagi sekecil apapun yang bisa dilakukan, lebih berharga dari pada tidak peduli. Nilai seseorang bukan pada apa yang dimiliki, melainkan pada apa yang dapat diberikan.

Pahlawan dunia
The real hero (pahlawan sesungguhnya) di dunia, adalah orang-orang yang dikarunia keterbatasan tetapi mampu bertahan (survive) dalam keterbatasan. Mereka ‘difabel’ adalah pahlawan kehormatan dunia, yang pantas mendapatkan tempat peristirahatan terakhir yang layak.

Hingga muncul keinginan untuk menyediakan tempat peristirahatan terakhir bagi kawan-kawannya difabel. Semacam taman makam pahlawan, sebagai penghargaan atas perjuangan para difabel bertahan hidup (survive) dalam keterbatasan.

Lebih lanjut, Triyono juga berkisah terkait ide memberikan jasa layanan transportasi roda tiga. Selain kepeduliannya akan kebutuhan transportasi bagi sesama difabel, ojek difabel juga merupakan peluang bagi difabel meningkatkan pendapatan.

Harapannya, dengan menjadi driver Difa City Tour and Transport para difabel memiliki pendapatan yang layak. Sehingga menjadi mandiri dan lebih percaya diri. Dengan demikian difabel sebagai orang yang ditakdirkan difabel, kehidupan mereka lebih berarti.

Dan yang tidak kalah penting, jasa transportasi Difa City Tour and Transport bukan hanya sebatas ruang usaha bagi para difabel, namun juga menjadi ruang saling berbagi. Triyono mengajak sesama difabel untuk tidak lagi melihat keterbatasan sebagai batas dalam menjalani hidup. [sri hartaning sih].

0 komentar:

Posting Komentar