Latest Post
Loading...

Sabtu, 15 Desember 2018

248 Difabel Menerima Sakramen Baptis di Gereja Korabaru Yogyakarta

Perspektif_News. Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, Selasa (12/12/2018) menggelar sakramen inisiasi atau baptis bagi 248 umat difabel, yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Selain dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, ada yang datang dari Samarinda bahkan Papua. Sakramen dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko.

Mengambil tema “Everyone is Special” kegiatan tersebut menjadi bukti keterbukaan dan cinta kasih Gereja Katolik Kotabaru kepada setiap umat tanpa memandang perbedaan. Sakramen baptis tersebut merupakan tindak lanjut Perayaan Ekaristis bagi umat difabel yang telah terselengara pada 28 September lalu, sekaligus menandai peringatan hari disabilitas internasional (HDI) 2018, yang jatuh pada 3 Desember.


Dibalut suasana haru namun khidmad, sakramen berlangsung hampir tiga jam. Satu persatu umat difabel ada yang netra, tuli, intelektual, mental, fisik, serta difabel ganda, dibatis langsung oleh Uskup Agung Rubiyatmoko. Raut kebahagiaan menyelimuti seluruh umat.  Terlebih ketika Uskup berjalan keluar gereja menghampiri salah seorang umatnya yang rewel (menangis) tidak mau ke depan.
Ketua panitia penyelenggara Widi Astuti  mengutarakan, “Perayaan ekaristi dan penerimaan sakramen inisiasi (baptis, penguatan, komuni pertama) dikhususkan bagi para difabel. Bukan berarti mengekslusifkan umat difabel, namun lebih karena selama ini mereka belum mendapatkan kesempatan mengakses peribadatan di gereja,” jelasnya.
“Dalam hukum gereja, umat wajib menerima komuni pertama di usia minimal sembilan tahun dan sakramen penguatan pada minimal 13 tahun. Namun karena pertimbangan terkait kekhususan, akhirnya kami memberikan pelayanan khusus pula,” keterangan lanjut Widi.
Gereja untuk semua
Dalam homilinya, Uskup Agung menyampaikan bahwa apa yang menyertai umat difabilitas adalah anugrah dari Tuhan yang teristimewa.
“Gereja salut dengan para orang tua dan relawan yang dengan tulus ihklas merawat serta mendampingi anak-anak. Dengan sakramen baptis ini semoga mencapai keselamatan kesucian dalam keagungan Tuhan,” ungkap Uskup.
Uskup Agung mengingatkan bahwa umat difabel juga harus dipertemukan dengan Allah melalui tangan-tangan anggota gereja yang bersedia membaktikan hidupnya untuk membimbing mereka.
Gereja juga harus berupaya agar kaum difabel merasakan dirinya menjadi bagian dari gereja yang utuh dan dihargai martabatnya sebagai manusia yang juga dapat berkontribusi bagi kehidupan bersama.
Naomi Ardi Pertiwi dari Nanggulan Kulon Progo mengungkapkan campur aduk perasaannya. Putra pertamanya Albertus Mahatma Cana Pratama (21) difabel cerebral palsy, berkesempatan menerima komuni pertama dan sakramen penguatan.
Sangat-sangat luar biasa perasaan campur aduk nggak bisa digambarkan. Kemaren rasanya kaya mau menghadapi ujian, gelisah dan deg-degan, takut, khawatir pas acara anak saya nggak mau, ngamuk dan sebagainya. Biasanya kalau duduk dikursi roda tidak betah,” kisahnya.
Lanjutnya, “Ini mukjizat bagi kami, dari awal acara sampai selesai sangat tenang, tidak ngamuk dan tidak menyakiti diri sendiri,” ungkap bahagia Naomi.
Demikian pula dengan Elisabeth Titik, yang mendampingi Wilona (24) putrinya menerima sakramen penguatan mengungkapkan kebahagiaannya. Dia menuturkan bahwa putrinya sudah terima baptis saat duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Titik mengungkapkan bahwa sakramen merupakan bagian yang harus diterima umat katolik sebagai saksi Kristus yang karya-karyanya nyata.
“Sungguh haru dan bahagia. Sepanjang prosesi tadi airmata saya terus mengalir. Sebagai orangtua, saya bisa mendampingi sampai yang mungkin tidak dianggap perlu apa itu sakramen. Haru, pilu rasanya mengetahui ada beberapa dari mereka yang jauh-jauh datang untuk ikut menyambut sakramen inisiasi bagi putra putri mereka. Sungguh orangtua yang hebat, sangat dalem cinta dan tanggung jawabnya mengantar anak-anak mereka sampai seperti ini,” tandas Titik.
Kebahagian dan kebanggaan Naomi dan Titik juga tertuju bagi Gereja Katolik Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta yang sudah mulai terbuka. Semoga pintu-pintu setiap gereja di wilayah mana pun akan terbuka bagi setiap umat tanpa memandang perbedaan. Demikian harapan keduanya. [sri hartaning sih].

0 komentar:

Posting Komentar