Latest Post
Loading...

Sabtu, 15 Desember 2018

Difa City Tour and Transport, Inisiasi Gerakan Berbagi dengan Hati


Perspektif_News. Gerakan berbagi kepada difabel berat hingga sangat berat atau dengan mobilitas gerak hanya 0-5%, diinisiasi oleh Difa City Tour and Transport. Dikemas dalam “Difa Peduli” kegiatan diagendakan pada 7-9 Desember 2018. Sebanyak 20 dari 40 orang difabel dengan difabilitas berat dan sangat berat di Wilayah Sleman (Godean, Moyudan, Turi, Pakem), Bantul (Sewon, Sedayu, Imogiri), serta Nangulan, Kulon Progo menjadi teman berbagi

Pendiri Difa City Tour and Transport Triyono, tidak peduli jika akan dikatakan gerakan berbagi yang diinisiasinya sebagai gerakan charity. Bagi Triyono, gerakan berbagi yang dia lakukan bersama para driver, adalah gerakan kemanusiaan. Bagaimana tidak? Mereka ‘para difabel’ tidak mampu beraktivitas, apalagi bermobilitas. Makan, tidur, buang air kecil, buang air besar, semuanya dilakukan di tempat yang sama.

“Ini bukan charity atau belas kasihan. Ini gerakan afirmasi, gerakan kemanusiaan sejati. Mereka juga manusia, bagian dari dunia. Yang butuh kepedulian dari manusia lainnya. Jangan salah mengansumsikan charity,” tegas Triyono.

Dengan kondisi difabilitas berat hingga sangat berat, mereka membutuhkan orang lain seumur hidup mereka. Sementara orangtua maupun keluarga mereka butuh mencari nafkah untuk bertahan hidup. Mereka tidak butuh uang, tetapi butuh makanan, pampers, kesehatan, kebahagiaan, dan teman.  
Sedangkan bantuan dari pemerintah yang diberi nama Jaminan Hidup (Jadup) tidak dapat mereka terima setiap bulannya. Mereka menerima setiap tiga bulan sekali. Sementara mereka perlu makan setiap hari. Seharusnya Jadup ini diterimakan atau disampaikan paling lambat satu minggu sekali. Demikian kritisi Triyono terhadap sistem Jadup.

Assesment pendataan
‘Selanjutnya Triyono bercerita bagaimana dia bisa menemukan 40 difabel dengan kondisi mobilitas gerak 0-5% tersebut. Untuk itu dia, menugaskan seluruh driver untuk melakukan survei di antara kegiatan mencari nafkah (mengantar pelanggan). Survei atau mengunjungi dilakukan untuk mendapatkan data kongkrit difabel sebagaimana kriteria, selanjutnya melakukan assesment kebutuhan. Dari data dan assesment, akhirnya ditentukan paket-paket yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan.

Karena keterbatasan anggaran Difa City Tour and Transport, 20 orang difabel di Wilayah Sleman dan Kulonn Progo dipilih untuk menerima paket difa peduli periode pertama. Adapun 20 orang lainnya di wilayah Bantul, akan diagendakan pada gerakan difa peduli berikutnya.

Triyono juga menyampaikan bahwa paket yang dikemas rata-rata berisi pampers, beras, gula pasir, teh, dan minyak goreng. Rata-rata paket senilai 200 ribu rupiah. Kegiatan pengepakan paket dilakukan bersama-sama seluruh driver difa bike dengan keterlibatan para mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selanjutnya Difa City Tour and Transport akan bergerak untuk berbagi ke berbagai wilayah yang memang di sana tinggal difabel yang betul-betul membutuhkan bantuan. Pada kesempatan bincang-bincang dengan Solider, Triyono menghimbau kepada sahabat-sahabat pengusaha dan beberapa pihak peduli, untuk menyisihkan apa yang dimiliki. Tidak harus berupa uang, bisa berupa barang, apa saja. Mari mulai berbagi  dengan hati, berbagi kebahagiaan, tidak perlu menunggu kita menjadi orang kaya.

Menolak panti
Di akhir perbincangan, Triyono mengutarakan ketidaksetujuannya jika difabel diserahkan ke panti. Dia mendorong agar para orangtua tetap mengasuh sendiri anak-anak mereka yang difabel. Dengan mengasuh sendiri, artinya penerimaan sebagai orangtua sudah dibuktikan. “Bagaimana pun keadaan mereka, jangan pernah anak-anak difabel dititipkan ke panti-panti,” himbauannya.

Kepada para orangtua dan siapa saja, Triyono menghimbau untuk meluangkan waktu memahami kebutuhan para difabel berat dan sangat berat. “Mari untuk sedetik mengerti dan memahami kebutuhan mereka. Tidak harus menjadi mereka, atau menjadi bagian dari mereka, baru kemudian bisa merasakan kondisinya. Yang pasti mereka pasti tidak memilih kehidupannya saat ini. Mereka hanya menerima dan menjalani kehidupan yang menyertainya. Mari mulailah berbagi, berbagi dengan hati,” pungkasnya, Kamis (6/12/2018). [sri hartaning sih]

Notes: Data Difabel Penerima Paket “Difa Peduli 2018”
 

0 komentar:

Posting Komentar