Latest Post
Loading...

Selasa, 01 November 2016

Komunikasi Alternatif dan Tambahan bagi Anak Cerebral Palsy


Foto by :"YOGA KETAWA"
(Laughter Yoga Indonesia)
KELUMPUHAN otak yang menyertai anak dengan Cerebral Palsy (CP), akan berakibat  pada berbagai gangguan koordinasi otot.  Antara lain adalah gangguan koordinasi dalam komunikasi verbal (bicara).  Namun mereka sesung guhnya bisa berkomunikasi dengan bantuan sistem komunikasi alternatif atau tambahan.


Seorang akademisi, Sukinah Sadirin, M.Pd. bersama dua orang lain yaitu Dr. Mumpuniarti, M.Pd  dan Pujaningsih, M.Pd, bergabung dalam sebuah tim yang meneliti, mengembangkan sistem komunikasi tersebut. Mereka bertiga adalah dosen jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Univrsitas Negeri Yogyakarta.


“Anak dengan CP memerlukan aspek komunikasi di luar bicara atau komunikasi yang tidak perlu mengeluaran suara, yaitu sebuah komunikasi alternatif atau tambahan. Dalam berbagai referensi, sistem komunikasi tambahan tersebut dikenal dengan sistem Augmentatif and Alternatif Communcation (AAC),”  ujar Sukinah ketika ditemui di Yogya, Minggu (23/10) dalam acara even launching Youth CP.

Kelumpuhan otak yang terjadi pada anak-anak CP, sebelum, pada saat, maupun setelah lahir, kata Sukinah, berdampak pada kekakuan atau kelumpuhan koordinasi otot. Pada beberapa kasus, anak dengan CP mengalami gangguan kecerdasan serta gangguan indera akibat cerebral palsy. Sehingga, sebagian besar anak CP mengalami multi disfungsi atau hambatan pada beberapa fungsi. Hambatan itu antara lain kecerdasan, gangguan penglihatan, pendengaran, peraba, pencecap serta hambatan komunikasi, khususnya komunikasi verbal (bicara).

Hambatan komunikasi (bicara) pada anak CP berdampak pada munculnya problem kemandirian mereka, akibat ketidakmampuan koordinasi pada otot yang memproduksi bicara dan ketidakmampuan menangkap simbol bahasa karena hambatan aspek kecerdasan. Hal tersebut yang mendorong ketiga peneliti dari PLB UNY tersebut mengembangkan sistem komunikasi tambahan atau alternatif (AAC).

Sistem Augmentatif and Alternatif Communcation (AAC),  adalah sebuah sistem komunikasi menggunakan media lain, selain media bicara, dalam menyampaikan maupun menerima pesan. Media lain yang dimaksudkan antara lain: simbol gambar, simbol sketsa, maupun simbol logo, yang dikemas dengan susunan kartu atau papan, dapat juga dengan sistem elektronik (komputer).

Dalam waktu belum genap satu tahun, sistem AAC telah diterapkan pada keluarga dengan anak CP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Untuk kepentingan tersebut, PLB UNY melalui para mahasiswanya medampingi beberapa keluarga. Saat ini tiga puluh keluarga terlibat mengembangkan komunikasi alternatif atau tambahan.

“Butuh proses panjang dan terus menerus untuk mewujudkan komunikasi yang efektif, sehingga belum terlihat signifikan hasil dari pengembangan sistem AAC,” ujar Sukinah.

Dalam pengembangan sistem komunikasi, dilibatkan pula para mahasiswa jurusan PLB, yang bertindak sebagai konsultan. Para mahasiswa akan membantu keluarga agar mampu menangkap, bahkan meciptakan komunikasi yang efektif dengan berbagi simbol, yang disesuaikan dengan kebutuhan anak CP.

Tahap awal yang dilakukan adalah assesment. Pada tahap ini, orang tua diajak memutuskan komunikasi yang perlu dikembangkan dengan menyesuaikan kemampuan anak. Misalnya, anak mampu menoleh jika dipanggil, hanya mampu melakukan kontak mata, mampu memunculkan ekspresi (gembira, sedih atau marah), mampu mengeluarkan suara meski tidak bermakna, mampu menggerakkan tangan (menunjuk), dan sebagainya. Berdasar hasil assesment tersebut, orang tua akan mengidentifikasi dan mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang sesuai, menggunakan bantuan peraga atau simbol.

Terdapat  efek positif yang muncul dari pengembangan komunikasi tersebut.Kedekatan  orang tua dan anak terbangun. Selanjutnya, hak berkomunikasi anak itu terpenuhi. Terbangunnya kesepahaman dalam berkomunikasi akan mengurangi stress atau beban baik, anak maupun orang tua.

Selanjutnya orang tua menerapkan komunikasi, menggunakan simbol (peraga), serta mencari tanda-tanda sebagai alat komunikasi. Sebagai contoh, mengidentifikasi piring – aktivitas makan – situasi di ruang makan – yang dilakukan anak adalah menunjuk.  Cangkir – aktivitas minum susu – situasi di pagi hari – yang dilakukan anak merengek. Atau, bola – aktivitas bermain – situasi di ruang tamu – yang dilakukan anak menggerakkan tangan.

Setiap aspek perkembangan dicatat, untuk dipergunakan dalam memutuskan aspek-aspek perkembangan yang perlu dilatihkan dengan bantuan simbol atau kode yang dibutuhkan anak dengan CP.

Satu hal yang perlu dicatat menurut Sukinah adalah, latihan tersebut sebaiknya dilakukan secara rutin, sabar, pantang menyerah, dan perlu pula memahami kondisi emosi anak. (SHS)

0 komentar:

Posting Komentar