Latest Post
Loading...

Rabu, 13 Januari 2016

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

Beri Anak Tuli Hak Atas Informasi

BELUM tentu akan tuli sekaligus juga bisu. Sebab, tak semua anak tuli tidak dapat berbicara. 
Penulis ingin berbagi kepada sidang pembaca, berdasar pengalaman empirik hidup bersama seorang anak tuli.  Selain itu, juga dalam upaya ingin memberi dukungan kepada para orang tua yang memiliki anak tuli. Mengapa? Karena masih banyak orangtua belum memahami anak dengan gangguan pendengaran  (tuli), sehingga menganggap anak tuli  adalah aib, dengan demikian pantas dikucilkan. Padahal, anak tuli memiliki kelebihan yang luar biasa. Selain aktif dan memiliki ketajaman indera penglihatan, sebagian  besar mereka mempunyai kemampuan untuk berbicara.  Ada  yang  jelas  dalam  pengucapan,   sebagaimana orang  yang bisa mendengar,  namun  ada pula yang  kurang jelas,  sebagaimana terjadi pada putri saya.
Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang mendengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih berfungsi untuk mendengar, baik dengan alat bantu maupun maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Akibat ketunarunguan  tersebut, mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi oleh sebab terbatasnya informasi berupa kurangnya  pasokan kata-kata. Keterbatasan informasi berpengaruh terhadap kemampuan berbahasanya secara lisan. Tentu saja hal tersebut akan mengakibatkan hambatan sosial dan komunikasi  dalam perkembangannya.  Untuk itu anak-anak dengan  gangguan  pendengaran memerlukan bantuan atau pendidikan secara khusus. Mereka membutuhkan  visual  peraga terutama untuk memahamkan  kosa kata baru, membutuhkan  terapi,  atau  alat bantu dengar (ABD).
Satu hal yang perlu diketahui adalah,  pemakaian ABD tidak sama dengan pemakaian kaca mata  tentunya, di  mana langsung bisa melihat dengan lebih jelas. Karena respon atas stimulasi visual adalah langsung, sedangkan respon atas stimulasi auditori melalui tahap pemahaman atau interpretasi terlebih  dulu.
Bantuan visual
Untuk mencapai tahap pemahaman, anak  tuli harus  sering mendengar, mendengar dan mendengar, dengan pengucapan yang jelas, kalimat pendek, jika perlu disertai bantuan visual berupa gambar dan gerakan tangan. Sebab,  tanpa penggunaan bantuan visual mereka akan sulit memahami kata-kata baru. Sebagaimana kita menonton film berbahasa asing, di mana kita mendengar pemain berbicara tanpa kita menangkap artinya. Namun demikian, bantuan tersebut perlahan-lahan dihilangkan, dengan  maksud anak  tuli dapat berkomunikasi secara verbal.
Dalam upaya menyampaikan  informasi  terhadap  anak-anak tuli,  dibutuhkan  kerja  sama  atau  sinergitas antara berbagai  pihak.  Dalam tulisan ini, sinergitas  yang  perlu dibangun dalam lingkungan sekolah dijadikan sebagai  model.  Sinergi  antara orang tua,  guru,  teman, juga  terapis  sekolah akan berdampak  pada  pemenuhan hak  atas informasi bagi tuli  di sekolah.
Kendala di  Sekolah
Tidak bisa dimungkiri bahwa anak-anak tuli pasti mengalami  berbagai kendala  dalam mengakses pendidikan. Hal itu berkait erat dengan keterbatasan pendengaran mereka.  Namun, setiap  kendala  tidak boleh  dibiarkan dan  dicarikan solusi.
  • Anak-anak  Tuli  mengalami  kendala dalam memahami percakapan di kelas.
Guru  di kelas  memiliki  peranan penting  dalam  memberi tahu orang tua mengenai materi harian, jauh-jauh hari sebelumnya  paling tidak sehari  sebelumnya.  Dengan  maksud  agar  orang  tua   dapat  menyiapkan sebelumnya  atau mencari dan memasok gambaran bagi anak-anaknya tentang  hal-hal  baru  terlebih yang  sulit.  Selanjutnya  orang  tua perlu  mengulang  lagi sesudahnya.
  • Anak-anak  Tuli  mengalami  kendala memahami instruksi guru  kelas.
Di sini dibutuhkan peran guru  pendamping kelas (GPK),  untuk mengulang dengan vokal  yang  jelas,  kalimat pendek, atau  berbicara dekat  telinga bagi  yang masih mampu  mendengar, dengan volume cukup, point-pointnya saja.  Jika belum mengerti bantu dengan menggunakan gerakan tangan  dan  atau ditulis di buku catatan. Adapun orang tua berperan  untuk  melatih di rumah, sesuai catatan dari guru.
  • Anak-anak  Tuli  mengalami  kendala memahami pembicaraan teman. 
Sehingga teman-teman di  sekolah  harus mengambil peran  untuk berbicara secara pelan, jelas , dengan bertatap muka. Jika belum dipahami, bantu dengan gunakan gerakan tangan.
  • Anak-anak  Tuli  mengalami  kesulitan  mengucapkan atau  menjawab  pertanyaan. 
Untuk hal ini,  guru harus mendekat  dan memperhatikan   gerakan mulut siswa  yang tuli, membantu pengucapan, menulis di buku catatan untuk meginformasikan  pada orang  tua,  dan peran  orang tua melatih di rumah sesuai catatan dari guru.
  • Anak-anak  Tuli  mengalami  hambatan  tidak atau belum jelas pengucapannya.
Guru  dan  terapis berperan membetulkan pengucapan dengan teknik-teknik yang  benar. Orang tua memberi masukan pada terapis  mengenai kata-kata yang  perlu dibetulkan pengucapannya,  selanjutnya  mem-follow up-nya di  rumah.
Dengan kondisi di atas, maka diperlukan koordinasi  peran antara  orang tua, sekolah dan  lingkungan untuk mengatasi  hambatan dalam  mencapai derajat pemenuhan hak informasi  dan komunikasi atas tuli. (Sri Hartaning)


0 komentar:

Posting Komentar