Latest Post
Loading...

Selasa, 24 Oktober 2017

Memaknai Tiga Tahun “Perspektif” Yogyakarta dengan Refleksi



Memaknai Tiga Tahun “Perspektif” Yogyakarta dengan Refleksi

Perspektifnews.Yogyakarta. Tiga tahun sudah Keluarga Perspektif  Yogyakarta hadir di tengah khalayak. Lantas, bagaimana komunitas yang membuka ruang bagi difabel tumbuh percaya diri melalui media seni rupa, itu memaknainya? Di antara banyak cara, refleksi dan introspeksi, menjadi pilihan. Berpikir dan meninjau ulang (review/ flash back) tentang mengapa harus ada, apa yang sudah dilakukan dan menata yang akan dikerjakan, menjadi momentum berharga.

Demikianlah. Dibalut kebersamaan, dan rasa cinta menandai tiga tahun usia Perspektif Yogyakarta. Namun, kemeriahan acara potong tumpeng dan kue ulang tahun pun tetap ada. Kemeriahan, suka cita saat bernyanyi, tiup lilin bersama, merepresentasikan rasa syukur atas peringatan tiga tahun kelahiran kelompok itu. Minggu (22/10) bertempat di rumah salah seorang anggota, Nathan Tristhan Purwadi (10), di Perum Wirokerten Pratama Blok D 11-12, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, semua rangkaian acara itu dilangsungkan. Sedikitnya 40 orang hadir siang itu. Kehangatan dan kebersamaan sebuah keluarga makin teras.  Saling mendukung. Semua hal positif menggambarkan kuatnya arti keluarga pada kelompok Perspektif Yogyakarta.

Siang itu, satu persatu anggota keluarga Perspektif hadir dengan wajah berseri-seri. Buah tangan mewarnai kehadiran mereka. Sebuah peristiwa sarat makna itu, sanggup menjadi bahan bakar bagi laju Perspektif Yogyakarta.
Tak hanya pemaknaan dan euforia tiga tahun kelahiran. Saling berbagi, sharing pengalaman orangtua saat membersamai, memfasilitasi anak-anak pun dibangun, sebagaimana pertemuan rutin bulanan. Sekecil apa pun perkembangan yang diraih anak-anak, selalu mendapatkan apresiasi. Apresiasi memiliki arti penting bagi Keluarga Perspektif. Apresiasi diyakini akan melahirkan kebahagiaan, rasa diperhatikan, merangsang tumbuh dan terbangunnya rasa percaya diri. Dengan demikian, anak akan selalu berbuat lebih.
Para orangtua punya sesi berbagi. Mereka bergantian membagi pengalaman dalam membersamai anak-anak mereka dalam berkarya seni rupa. Saling belajar satu sama lain . Membagi pengalaman dan cara. Bagaimana para orang tua menggali dan mengoptimalkan kemampuan motorik tubuh, apresiasi seni, imajinasi dan kreasi. Saba,  tanpa memaksakan kehendak, mengarahkan dan menyiapkan semua kebutuhan anak, adalah kuncinya.
Ketua Perspektif, Sri Hartaning Sih, mengatakan, akan selalu ada pembelajaran di balik setiap niat baik. Ada banyak makna dalam setiap peristiwa. Dia berharap, peringatan hari lahir bukan dimaknai dengan sekadar bertambahnya usia yang dirayakan. Namun peringatan hari lahir dimaknai sebagai kelahiran kembali jiwa baru, untuk suatu alasan tepat, bukan euforia sesaat.  Dia juga mengajak untuk terus bergerak, membongkar cara pandang tentang difabel melalui media seni rupa. “Dengan bergerak pasti akan menghasilkan perubahan. Tak perlu ditakar besar perubahan yang terjadi,” ujar perempuan yang akrab disapa dengan nama Nining itu.
Bertumbuh bersama
Kini Keluarga Perspektif makin beragam, jumlahnya pun bertambah. Tentu dengan karakteristik masing-masing. Mereka berhak atas kesempatan yang sama, berhak atas dukungan sebagaimana yang dibutuhkan.
Perspektif lahir di Yogya 24 Oktober 2014. Diawali dengan tujuh difabel: Angger, Hepi, Shita dan Suryo, keempatnya difabel tuli,  Haidar dengan satu tangan dan kaki sebelah kiri, Maydea,  (slow learner) dan Okta (difabel intelektual). Hingga tahun kedua ketujuh anggota dengan dukungan penuh orang tua mereka masih setia, dan semakin lincah berkarya “Eksplorasi Titik”.
Memasuki awal tahun ketiga, bertambah banyak Keluarga Perspektif. Selain tujuh anggota senior di atas, kemudian bergabung 20 anggota baru (yunior). Sebanyak 19 anggota yunior Down Syndrome, dan seorang anggota lainnya dengan gangguan pemusatan perhatian (attention defisit disorder).
Berpacu dengan waktu
Pada kesempatan itu fasilitator Perspektif, Moelyono, membagikan oleh-oleh hasil pameran yang keenam Perspektif di Galeri Nasional (Galnas) Jakarta. Pameran yang dilangsungkan 5-19 Oktober 2017, itu telah mampu mengantarkan karya eksplorasi titik dan garis  para seniman Perspektif menjadi sebuah karya seni kontemporer. Moelyono juga menyampaikan, seusai pameran di Galnas Jakarta, karya-karya akan dipamerkan dari galeri ke galeri di Indonesia.
Setelah enam kali mengapresiasi karya-karya anggotanya melalui gelar pameran, sebanya dua kali di Panggungharjo, Sewon, Bantul,di OzAsia Festival dan Kerry Packer Civic Gallery di kampus University of South Australia (UniSA) Adelaide, Australia Selatan, Bentara Budaya Yogyakarta, Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Galnas, kini Perpektif sedang menyiapkan pameran ketujuh.
Sebuah wadah apresiasi bagi anak-anak Perspektif, yang secara demokratis disepakati oleh para orangtua. Selanjutnya, seniman Perspektif berpacu dengan waktu siapkan karya. Bersama orangtua sebagai fasilitator mewujud-nyatakan karya. Pameran ketujuh akan dilangsungkan di Kampoeng Mataraman, Bantul, Yogyakarta, 10 – 12 November 2017 pada event Rembug Desa Nasional 2017. Sebuah agenda nasional yang dihelat oleh Kementerian Desa, yang akan menghadirkan sekitar 1200 desa di Indonesia. Tuan rumah penyelenggara adalah Balai Desa Panggungharjo, yang diketuai Wahyudi Anggoro Hadi, kepala desa setempat. (sri hartaning sih).

0 komentar:

Posting Komentar